Supply Chain Management atau yang sering disebut SCM adalah salah satu proses bisnis yang menunjang pemenuhan kebutuhan konsumen, baik di dalam perusahaan ritel, grosir, maupun manufaktur.
Di dalam bahasa Indonesia sendiri, Supply Chain Management disebut dengan Manajemen Rantai Pasokan. Sesuai namanya, proses bisnis ini mengelola aktivitas pemasokan barang, mulai penerimaan bahan baku, produksi, hingga distribusi ke konsumen akhir dengan efisien.
Apa Itu Supply Chain Management?
Melansir situs resmi Universitas Bina Nusantara, pengertian Supply Chain Management adalah sebuah pengetahuan yang mengembangkan strategi untuk mengorganisasi, mengendalikan, dan memotivasi sumber daya yang ada untuk mendukung rantai pasokan yang dijalankan perusahaan. SCM bertujuan utama untuk mengelola penawaran dan permintaan secara efektif, sehingga bisa menangani sejumlah masalah yang timbul dengan efektif dan efisien.
1. Bahan baku adalah bahan dasar yang digunakan untuk menciptakan baik barang setengah jadi maupun barang jadi.
2. Pemasok adalah individu atau perusahaan yang memasok dan mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi, yang dibutuhkan oleh entitas bisnis lain, seperti produsen atau distributor.
3. Produsen adalah perusahaan yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi.
4. Distributor adalah perusahaan yang mendistribusikan barang jadi ke toko-toko.
5. Toko adalah pihak individu atau perusahaan yang memiliki perjanjian konsinyasi untuk menjual barang jadi dari distributor. Sistem konsinyasi cukup umum digunakan, karena tidak akan merugikan pihak toko. Dibayar berdasarkan jumlah barang yang terjual tanpa harus membelinya terlebih dahulu, pihak toko hanya perlu menjaga kualitas, keamanan, dan ketersediaan barang jadi untuk dibeli konsumen.
6. Konsumen adalah pengguna akhir, umumnya masyarakat yang menggunakan barang jadi tersebut.
Agar lebih jelas, mari mengambil contoh proses penjualan produk pakaian jadi:
1. Bahan baku: kain dan aksesoris untuk dijadikan sebagai pakaian
2. Pemasok: perusahaan garmen
3. Produsen: brand pakaian
4. Distributor: distributor tunggal brand pakaian tersebut di Indonesia
5. Toko: toko pakaian
6. Konsumen: masyarakat umum
Masalah di dalam Proses SCM
Masalah yang kerap terjadi di dalam proses SCM adalah: kekurangan suku cadang, kapasitas pabrik yang kurang digunakan dengan maksimal, berlebihnya persediaan barang jadi yang hampir kedaluwarsa, tingginya biaya transportasi, dan juga informasi pasokan yang tidak akurat.
Contoh 1: Understock
Perusahaan yang merupakan pihak produsen memesan bahan baku dari pemasok terlalu sedikit, karena tidak memiliki informasi yang akurat tentang jadwal permintaan dari distributor.
Contoh 2: Overstock
Perusahaan yang merupakan pihak distributor menyimpan terlalu banyak komponen di dalam persediaan, karena tidak tahu persis kapan ia akan menerima pengiriman selanjutnya dari produsen.
Selain 2 contoh masalah SCM di atas, masih ada berbagai masalah lain yang bisa terjadi karena proses bisnis yang tidak efisien. Apabila perusahaan memiliki informasi yang akurat tentang berapa banyak dan kapan unit produk yang diinginkan konsumen akan datang dan diproduksi, maka proses bisnis perusahaan akan jadi lebih lancar dan efisien.
6 Tahapan Supply Chain Management
Supply Chain Management melibatkan proses yang cukup luas, mulai dari persiapan produksi hingga pemenuhan kebutuhan konsumen. Untuk mengelolanya dengan baik, divisi SCM perlu menjalankan beberapa tahapan, seperti:
Perencanaan
Tahapan ini dimulai dari perkiraan permintaan konsumen, perencanaan pembelian, perencanaan produksi, hingga persiapan transportasi dan tenaga kerja.
Dengan memperkirakan permintaan konsumen (demand forecasting), maka perusahaan akan mengetahui jenis dan jumlah produk yang harus diproduksi selama kurun waktu tertentu. Saat melakukan demand forecasting, perusahaan perlu meneliti laporan penjualan dan inventaris serta mempertimbangkan tren pasar terkini.
Untuk melakukan prediksi permintaan secara otomatis, perusahaan perlu menggunakan aplikasi SCM, yang dapat menyediakan laporan inventaris akurat dan alat forecasting untuk memperoleh hasil prediksi dengan segera.
Pengadaan
Setelah mengetahui jenis dan jumlah barang yang harus dibeli, maka tiba saatnya untuk mendapatkan barang itu. Di dalam proses pengadaan barang, divisi pembelian dituntut untuk mendapatkan jumlah barang yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan harga terbaik.
Proses pengadaan meliputi beberapa tahap, antara lain: pengajuan pembelian, penilaian pengajuan, persetujuan pembelian, dan pemesanan ke pemasok. Proses tersebut akan jadi lebih efisien dengan bantuan software pembelian. Software ini mampu membantu divisi purchasing untuk membuat purchase order dan persetujuan pembelian secara instan. Software pembelian yang baik juga menyediakan supplier portal untuk mempercepat proses pemesanan ke pemasok.
Produksi
Proses produksi adalah proses mengolah bahan baku menjadi produk jadi oleh perusahaan manufaktur, yang melibatkan mesin, peralatan, dan tenaga kerja. Proses produksi harus terus berjalan dengan lancar, karena jika ditunda, maka akan berdampak buruk terhadap pengiriman dan berujung pada ketidakpuasan pelanggan. Oleh karena itu, produktivitas tenaga kerja, mesin, dan peralatan perlu dijaga.
Pengelolaan Gudang
Usai memproduksi barang, maka barang itu akan dimasukkan ke dalam gudang. Pengelolaan gudang terdiri dari proses:
– Memasukkan barang (inbound) dan mengeluarkan (outbound) barang,
– Cross-docking, yaituL proses penurunan produk dan material dari 1 sumber ke gudang atau area transit lainnya,
– Stock opname, yaitu: pencocokkan jumlah stok barang di gudang dengan yang tercatat di software akuntansi,
– Mengambil dan mengemas barang untuk dikirim.
Stock opname perlu dilakukan secara berkala, agar tidak ada selisih di antara jumlah fisik barang dengan jumlah barang yang tercatat di dalam software akuntansi.
Semua kegiatan di dalam gudang dapat memakan waktu yang sangat lama dan berisiko menimbulkan kekeliruan jika dilakukan secara manual. Oleh karena itu, dibutuhkan warehouse management system atau software gudang untuk mengelola semua kegiatan di dalam gudang.
Pengiriman Pesanan
Usai mengemas barang pesanan konsumen dari gudang, maka tahap selanjutnya adalah pengiriman kepada konsumen. Perusahaan perlu memastikan bahwa pesanan sampai ke tangan konsumen dengan baik dan tepat waktu demi kepuasan konsumen.
Pengembalian Pesanan
Pengembalian pesanan bisa terjadi saat konsumen mengajukan pengembalian, karena adanya kerusakan, kekeliruan, atau keterlambatan. Tahapan SCM ini meliputi beberapa kegiatan, seperti: pemeriksaan kondisi produk, otorisasi pengembalian, penggantian produk, pengembalian uang, dan penjadwalan pengiriman ulang.
Software ERP sebagai Solusi
SCM merupakan fondasi dari bisnis perusahaan dagang, sehingga membutuhkan otomatisasi dan integrasi dengan proses bisnis lainnya. Melihat tahapan SCM di atas, dapat diketahui bahwa proses bisnis ini membutuhkan banyak software untuk menghindarkannya dari kesalahan akibat human error. Mulai dari software SCM sendiri, software gudang, software akuntansi, hingga software pembelian.
Jika Anda tidak memiliki waktu yang cukup untuk mencari setiap software tersebut, maka software ERP adalah solusi untuk proses bisnis SCM Anda. ERP (Enterprise Resource Planning) adalah rangkaian software dengan berbagai modul fungsional yang dapat mengotomatisasi selusuh proses bisnis perusahaan secara terintegrasi. Mulai dari manajemen pembelian, manajemen pergudangan, manajemen akuntansi, hingga pengiriman.
Salah satu software ERP yang dapat diandalkan adalah ERP iDempiere. ERP open source ini dapat dikonfigurasi sesuai keunikan proses bisnis Anda tanpa biaya lisensi pengguna (unlimited user). Untuk informasi lebih lanjut terkait implementasi ERP iDempiere bagi perusahaan Anda, silakan hubungi Kosta Consulting di nomor 0821-2228-2266.