Di dalam perusahaan dagang, persediaan adalah aspek yang sangat krusial. Kurangnya persediaan dapat menghambat penjualan dan berujung pada ketidakpuasan pelanggan.
Sementara persediaan yang berlebihan dapat membuat gudang terlalu penuh, sehingga jadi kurang efisien. Ruang yang seharusnya digunakan untuk barang lain malah terpakai untuk barang yang kurang laris. Oleh karena itu, persediaan perlu dievaluasi dengan benar.
Persediaan adalah Aspek Krusial
Persediaan adalah jumlah barang jadi, barang setengah jadi, maupun bahan baku yang bisa dijual dan/atau digunakan perusahaan untuk kegiatan produksi.
Persediaan menentukan kelancaran penjualan, sehingga menjadi aspek yang sangat penting di perusahaan dagang. Di dalam laporan keuangan, persediaan dikategorikan sebagai aset lancar.
Jenis-Jenis Persediaan
Mengutip buku Manajemen Operasi, Jay Heizer & Barry Render, (2005), berdasarkan proses manufakturnya, persediaan terbagi atas 4 jenis, yaitu:
Persediaan Bahan Baku
Persediaan ini meliputi semua barang yang digunakan untuk memproduksi barang setengah jadi maupun barang jadi. Contoh bahan baku: kayu untuk memproduksi meja, telur untuk membuat kue, dan kain untuk menjahit pakaian.
Persediaan Barang Setengah Jadi
Persediaan ini meliputi bahan baku yang telah mengalami perubahan, tetapi belum selesai diproduksi. Persediaan ini dapat dijual kepada perusahaan yang membutuhkannya untuk proses produksi barang jadi. Namun, bisa juga digunakan perusahaan yang memilikinya untuk proses produksi sendiri.
Contoh jenis persediaan ini adalah essential oil yang belum dikemas di dalam botol dan sepatu yang belum diwarnai.
Persediaan Pemeliharaan, Perbaikan, dan Operasi
Persediaan juga meliputi pemeliharaan, perbaikan, dan operasi setiap mesin agar semua mesin untuk proses produksi bisa digunakan dengan baik. Seiring berjalannya waktu, mesin-mesin inj akan menyusut, sehingga perlu dipelihara dan diperbaiki untuk menjaga produktivitas perusahaan.
Persediaan Barang Jadi
Barang jadi atau yang kerap disebut sebagai consumer goods meliputi semua barang yang telah selesai dari siklus produksi dan siap untuk dijual. Contoh: kue di bakery, pakaian jadi di butik, dan meja di toko mebel.
Cara Mengevaluasi Persediaan
Untuk memastikan kelancaran arus persediaan, Anda perlu mengevaluasi persediaan. Di dalam mengevaluasi persediaan, Anda perlu mengetahui harga pokok penjualan (HPP). Nah, berikut adalah 3 metode yang dapat digunakan untuk menghitung HPP:
Metode First In First Out (FIFO)
Dengan metode ini, barang yang terlebih dahulu dibeli adalah barang yang pertama dijual, digunakan, atau dibuang. Caranya:
Pertama, tetapkan jumlah persediaan yang dimiliki pada tanggal mulai dan pada tanggal akhir yang telah Anda tetapkan.
Contoh:
Pada 1 Januari 2022 Anda membeli 10 bantal A seharga Rp100.000 per bantal. Lalu pada 10 Januari 2022 Anda membeli 10 bantal A dengan harga Rp150.000 per bantal. Kemudian pada tanggal 12 Januari 2022, Anda berhasil menjual 15 bantal A.
HPP = (10 x Rp100.000) + (5 x Rp150.000) = Rp1.750.000.
Jadi, harga pokok penjualannya adalah Rp1.750.000.
Metode Biaya Persediaan Rata-Rata
Sesuai namanya, metode ini menggunakan rata-rata dari semua persediaan untuk menghitung harga pokok penjualan. Caranya:
Pertama, hitung biaya rata-rata persediaan dengan menjumlahkan semua biaya pembelian persediaan untuk satu jenis produk dan membaginya dengan jumlah produk yang akan dibeli.
Contoh:
Pada 1 Januari 2022 Anda membeli 10 bantal A seharga Rp100.000 per bantal. Lalu pada 10 Januari 2022 Anda membeli 10 bantal A dengan harga Rp150.000 per bantal.
Biaya rata-rata persediaannya =
(Rp1.000.000 + Rp1.500.000) / 20 = Rp125.000.
Kedua, hitung harga pokok penjualan dengan mengalikan jumlah yang terjual dengan biaya rata-rata persediaan.
Contoh:
Anda telah berhasil menjual 15 bantal A.
HPP = 15 x Rp125.000 = Rp1.875.000.
Jadi, harga pokok penjualannya adalah Rp1.875.000.
Metode Last In First Out
Dengan metode ini, barang yang pertama masuk adalah barang yang terakhir dijual, digunakan, atau dibuang. Metode ini kerap digunakan pengusaha pakaian jadi karena harus menjual pakaian yang sedang trending.
Oleh karena itu, stok lama harus disimpan di dalam gudang dan akan dijual saat trennya berubah. Cara menghitung harga pokok penjualannya:
Pertama, lakukan inventarisasi stok terbaru secara berkala untuk menjual stok yang paling akhir dibeli dan menyimpan stok lama untuk sementara.
Kedua, catat harga yang dibayar untuk membeli persediaan.
Contoh:
Pada 1 Januari 2022 Anda membeli 10 bantal A seharga Rp100.000 per bantal. Lalu pada 10 Januari 2022 Anda membeli 10 bantal A dengan harga Rp150.000 per bantal. Kemudian pada tanggal 12 Januari 2022, Anda berhasil menjual 15 bantal A.
HPP = (10 x Rp150.000) + (5 x Rp100.000) = Rp2.000.000.
Jadi, harga pokok penjualannya adalah Rp2.000.000.
Kesimpulan
Persediaan adalah aspek yang sangat penting untuk mendatangkan keuntungan di perusahaan dagang. Oleh karena itu, pemilik usaha perlu mengevaluasi persediaan dengan baik dan benar.
Proses evaluasi sangat mungkin membutuhkan waktu yang panjang. Nah, untuk memangkas waktu dan menghemat tenaga, gunakan modul inventory management dari aplikasi ERP iDempiere yang terintegrasi dengan modul operasional lainnya.
Modul ERP inventory ini mampu merekam setiap aktivitas persediaan dan menghitung harga pokok penjualan secara otomatis berdasarkan metode yang telah ditetapkan. Dengan begitu, Anda dapat memantau persediaan secara real-time, segera menganalisisnya, dan mengambil keputusan yang tepat.
Selain itu, aplikasi ERP iDempiere juga bisa dikustomisasi sesuai keunikan proses bisnis Anda dan digunakan tanpa batasan jumlah pengguna (unlimited user). Untuk informasi lebih lanjut tentang modul dan implementasi ERP iDempiere, silakan hubungi Kosta Consulting di nomor 0821-2228-2266.