Setelah beraktivitas sepanjang hari, tidur yang lelap adalah hal penting yang kita semua butuhkan. Namun, apa jadinya jika saat tidur, kita malah mengalami gangguan tidur berjalan?
Dikenal juga sebagai sleepwalking, kondisi ini sebenarnya umum terjadi pada anak-anak dan tak selalu mengakibatkan peristiwa berbahaya. Namun, berjalan dalam tidur juga bisa terjadi pada orang dewasa dan tetap saja berisiko membuat seseorang terluka, seperti jatuh di tangga, tertusuk paku yang ada di lantai, atau lain sebagainya.
Nah, gangguan sleepwalking ini ternyata berkaitan erat dengan kesehatan mental. Yuk, simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.
Apa Itu Gangguan Tidur Berjalan?
Gangguan tidur berjalan adalah salah satu jenis perilaku tidur yang tidak normal. Orang yang mengalaminya berada di kondisi antara tidur dan berjalan. Gangguan ini umumnya terjadi pada beberapa jam pertama sejak seseorang tertidur dan orang yang mengalaminya sering kali tidak sadar telah berjalan sambil tidur.
Meskipun umum dialami anak-anak, tetapi penelitian dari Stanford University School of Medicine menemukan bahwa sekitar 3.6% orang dewasa di Amerika Serikat (sekitar 8.4 juta orang) ternyata juga mengalami sleepwalking.
Meskipun disebut sleepwalking, tetapi saat mengalaminya, ternyata tidak semua orang hanya berjalan sambil tidur. Melansir laman verywellmind, inilah beberapa hal yang bisa terjadi saat seseorang sedang mengalami gangguan sleepwalking:
- Berjalan dengan tatapan kosong dan mata yang berkaca-kaca serta tidak merespons interaksi dari siapa pun.
- Selain berjalan, seorang sleepwalker (orang yang mengalami sleepwalking) juga bisa berlari.
- Merapikan barang-barang, bersiap-siap seolah mau keluar rumah, atau melakukan aktivitas lainnya yang biasa dilakukan saat sadar.
- Buang air kecil.
- Mencoba untuk mengemudikan kendaraan.
Dengan begitu, maka perilaku seseorang saat sleepwalking dapat membahayakan diri sendiri dan orang di sekitarnya.
Penyebab Sleepwalking
Terjadi dengan cara yang berbeda-beda pada setiap orang, gangguan tidur ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
- Faktor genetik (keturunan)
- Gangguan tidur lainnya, seperti sleep apnea
- Demam dan penyakit tertentu
- Konsumsi obat tertentu
- Kurang tidur kronis
- Tidur dengan kantung kemih yang penuh
- Migrain
- Cedera otak
- Kondisi mental tertentu
Hubungan Kesehatan Mental dan Sleepwalking
Kondisi kesehatan mental Anda dapat memicu gangguan sleepwalking, begitu pula sebaliknya. Salah satu pemicu utamanya adalah stres yang kronis. Beberapa peneliti menduga bahwa kecemasan dan kemarahan sepanjang hari bisa meningkatkan kemungkinan tidur sambil berjalan terhadap orang-orang yang rentan.
Orang yang berjalan dalam tidur juga kemungkinan mengalami kesulitan untuk mengelola perasaan agresi. Masalah yang belum tuntas pada siang hari, terlebih trauma batin yang belum tuntas juga bisa memicu sleepwalking.
Selain itu, ada juga beberapa kondisi mental lainnya yang dapat memicu sleepwalking, antara lain:
- Gangguan depresi mayor
- Obsessive-compulsive disorder (OCD)
- Penyalahgunaan alkohol
- Skizofrenia
Nah, sleepwalking juga dapat memengaruhi kondisi kesehatan mental seseorang, antara lain:
- Orang yang berjalan sambil tidur tidak mengalami tidur malam yang nyenyak, sehingga rentan terhadap kondisi kelelahan, yang berdampak buruk pada kesehatan mental.
- Saat berjalan dalam tidur, seseorang mungkin saja mempermalukan diri sendiri di depan orang lain tanpa menyadarinya. Hal ini dapat menjadi bahan bullying bagi orang tersebut, yang tentunya tidak baik bagi kondisi mental.
- Sleepwalking juga bisa merenggangkan hubungan seorang sleepwalker dengan orang yang tinggal bersamanya.
- Sleepwalker cenderung lebih mudah mengalami kegelisahan dan depresi.
- Sleepwalker lebih cenderung mengalami night terror (teror malam) yang tentu berdampak negatif pada kesehatan diri sendiri.
Kesimpulan
Sleepwalking alias tidur berjalan adalah salah satu gangguan tidur yang dapat mengakibatkan hal berbahaya, karena dapat mencelakakan diri sendiri dan orang sekitar. Gangguan ini dapat menyerang siapa saja, baik anak kecil maupun orang dewasa, orang introvert maupun extrovert, dan profesi apa pun.
Apabila Anda mengalaminya, silakan hubungi rumah sakit terdekat untuk berkonsultasi dengan dokter. Jika Anda membutuhkan penanganan lebih lanjut terkait kondisi mental, maka dokter mungkin akan merujuk Anda untuk berobat kepada psikiater.