Jika zaman dahulu investor dipandang sebagai profesi bergengsi yang hanya bisa dijalankan orang kaya, maka lain halnya dengan masa kini di mana siapa saja bisa jadi investor. Nah, sebelum memutuskan untuk jadi investor, yuk, pahami apa itu investor, tujuan, dan jenisnya.
Dilansir dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah investor pasar modal Indonesia mencapai 8,88 juta hingga 3 Juni 2022, sehingga meningkat sekitar 18% dibandingkan akhir 2021, yaitu sebanyak 7.48 juta. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia yang mulai melek investasi.
Mengutip pernyataan OJK, investasi adalah penanaman modal, biasanya di dalam jangka panjang untuk pengadaan aktiva lengkap atau pembelian saham dan surat berharga lain untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian, maka investor adalah individu atau perusahaan yang menanam model pada suatu bisnis (investasi) dan mengharapkan imbal hasil dari aktivitas tersebut.
Tujuan seseorang berinvestasi umumnya untuk menyiapkan dana pensiun, dana pendidikan anak, atau dana lainnya. Untuk mencapainya, investor bisa berinvestasi di instrumen yang berbeda-beda, di antaranya: reksa dana, saham, logam mulia, properti, dan lain-lain.
Untuk mencapai tujuan tersebut, investor sangat bergantung dengan instrumen keuangan yang berbeda-beda. Jenis instrumen investasi sangat beraneka ragam, mulai dari saham, reksadana, komoditas, valuta asing, properti, obligasi, logam mulia, dan lain-lain.
Di dalam berinvestasi, ada 2 hal yang wajib diperhatikan, yaitu risk (risiko) dan return (imbal hasil). Semakin kecil risikonya, maka semakin kecil pula imbal hasilnya. Semakin besar imbal hasilnya, maka semakin besar pula risikonya.
Khusus di pasar modal, investor dan trader bukanlah profesi yang sama. Investor berorientasi pada aktivitas pendanaan di dalam periode panjang. Sementara trader berorientasi pada keuntungan dari aktivitas jual beli saham jangka pendek.
Agar dapat memilih instrumen investasi yang tepat, maka seorang investor harus terlebih dahulu menetapkan tujuannya, antara lain:
Keuntungan tentu menjadi daya tarik dari berbagai produk investasi. Dengan menyetorkan sejumlah dana sebagai modal awal investasi, maka investor akan mendapatkan keuntungan dari hasil jual beli aset atau dari dividen yang berasal dari keuntungan perusahaan tempatnya menanamkan modal.
Investor juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masa depan. Ya, kebutuhan masa depan memang tidak bisa dipastikan. Namun, Anda bisa memprediksinya dan menyiapkan sejumlah dana untuk memenuhi kebutuhan tersebut, seperti dana pendidikan anak, dana pensiun, dana traveling, dan lain sebagainya.
Inflasi yang terjadi hampir setiap tahun mengakibatkan nilai mata uang mengalami penurunan. Jika dibandingkan, peningkatan suku bunga bank pun tergolong lebih rendah daripada persentase inflasi.
Oleh karena itu, seorang investor perlu meningkatkan pertumbuhan uangnya dengan menjalankan manajemen investasi yang baik dan benar. Dengan demikian, maka masa depan dapat dijalankan dengan baik.
Jika tujuannya saja berbeda-beda, maka demikian pula dengan jenisnya. Berdasarkan bidangnya, investor terbagi atas 2 jenis, yaitu:
Investor ritel adalah individu yang menjalankan investasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Seorang investor ritel umumnya berinvestasi melalui perantara, seperti: broker untuk saham dan marketplace untuk logam mulia.
Di dalam pasar modal, investor ritel dibagi lagi berdasarkan pemilihan metode investasinya, yaitu:
Investor institusional adalah perusahaan yang berinvestasi menggunakan sejumlah dana yang dikumpulkan dari para individu yang memiliki modal untuk berinvestasi, tetapi enggan untuk berinvestasi sendiri.
Investor institusional menampung dana yang cukup besar, sehingga sangat berperan di pasar modal. Memperdagangkan 10.000 atau lebih saham sekaligus, pasang surut pertumbuhannya terbilang cukup drastis. Contoh investor institusional, antara lain: pengelola dana pensiun, pengelola dana lindung nilai, dan bank umum.
Berdasarkan profil risikonya, investor dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
Investor konservatif adalah investor yang belum terlalu memahami produk-produk investasi, sehingga cenderung bermain aman dengan menjalankan investasi konvensional, seperti deposito yang menghasilkan return sekitar 3-5%.
Investor moderat adalah investor yang memahami produk-produk investasi, tetapi belum berani untuk menjalankan pendanaan di dalam jumlah besar. Maka dari itu, investor moderat umumnya hanya menanamkan modal di sektor dengan return sekitar 5-10% per tahunnya.
Investor agresif adalah investor yang telah memahami seluk-beluk produk investasi. Oleh karena itu, investor agresif umumnya menanamkan modal di sektor yang dapat menghasilkan return sekitar 10-15% per tahunnya.
Investor adalah penanam modal, bisa berbentuk perorangan maupun perusahaan. Meskipun memiliki tujuan yang beragam, tetapi setiap investor pada dasarnya wajib memperhatikan dan membandingkan risiko dengan imbal hasil dari investasi yang akan dijalankan.
Setelah membandingkan keduanya, maka investor dapat menjalankan investasi dan mengevaluasinya secara berkala guna memantau kinerja investasi tersebut. Dengan begitu, investor dapat mengetahui hal apa yang harus dilakukan dengan investasi tersebut. Entah melanjutkannya atau menjual produk investasi tersebut dan mengambil profit dari penjualan itu.
PostgreSQL adalah salah satu sistem manajemen basis data relasional (RDBMS) yang populer di kalangan developer.…
Dalam dunia bisnis yang semakin berkembang, perusahaan memerlukan sistem manajemen yang efektif dan efisien untuk…
Sistem perencanaan sumber daya perusahaan (ERP) adalah sebuah solusi perangkat lunak yang menyediakan platform terpadu…
ERP (Enterprise Resource Planning) merupakan software yang digunakan oleh perusahaan untuk mengintegrasikan dan mengelola semua…
Dalam dunia bisnis modern, teknologi informasi menjadi hal yang sangat penting. Salah satu teknologi informasi…
Dalam era digital saat ini, tidak ada bisnis yang dapat beroperasi tanpa perangkat lunak terpadu…